Emotional Quotien, Boomerang Bagi Pemain Bola?

18:13:00 0 Comments A+ a-


Kembali ke Stadion dengan kapasitas 1.000 orang. Kick off babak kedua sudah dimulai. FIB bermain  10 orang melawan Juara bertahan tahun lalu, Fikom. Chants penonton semakin terdengar di Final Forsi 2015. FIB mulai digempur dan Fikom mulai menguasai ball possession.
No punggung (10) mencoba akselerasi di pertahanan kanan FIB. Dan Prriiiiiiitttt .. wasit menunjuk titik penalti. Fikom mendapatkan hadiah penalti setelah tertinggal 1-0 di babak pertama.
Supporter Fikom berdiri sejenak dari tempat duduknya. Setidaknya, mereka bisa menarik nafas panjang setelah mempunyai kesempatan untuk menyamakan kedudukan. 
Dengan egois dan emosional tinggi, saya mengambil kembali si kulit bundar menuju 12pas, dan siap untuk mengeksekusi penalti.

 “Urang percaya ka maneh dan, sok tendang penalti” salah satu pemain Fikom yang juga ingin menendang penalti.
 Dengan ditopang dua beban, bola disimpan dititik putih, tepat 12 meter dihadapan kiper. Taklupa, style Neymar Jr menendang penalti dilakukan. Target topscore (Selisih satu goal dengan kompetitor sebelumnya), kepercayaan kapten, tim dan supporter saya bebankan pada pundak dan kaki kanan saya (dengan engkel yang belum fit).

  Peluit dibunyikan. Hati bermaksud mengarahkan bola ke kanan gawang, namun kaki menolaknya. dan melakukan shooting  keras. Prriiiiiiitttt .. 
bukan peluit tanda masuk yang dibunyikan. Namun peluit tanda bola melambung diatas gawang lawan. Goalkick untuk FIB.

 Fikom harus kembali memacu detak jantungnya setelah kesempatan menyamakan kedudukan gagal. Skor tetap 1-0 untuk keunggulan FIB. No 10 tertunduk lesu setelah eksekusinya gagal. Rekan tim-nya memberikan motivasi, berharap masih ada 15menit terakhir untuk mendapatkan penalti selanjutnya.

 Setelah penalti gagal, Fikom mengurung setengah lapang permainan. Beberapa kali kemelut terjadi di depan gawang FIB. Heading sang kapten mengenai mistar gawang, salah satunya. Dan...
Prriiiiiiitttt Prriiiiiiitttt .. Prriiiiiiitttt .. peluit panjang dibunyikan.
Semua pemain lawan berhamburan ke lapangan. Kecuali saya. 
Saya tergeletak. Tertunduk lesu. Menyesal. Dan sempat menangis untuk ketiga kalinya, setelah insiden kartu merah dan cedera engkel di pertandingan sebelumnya.
 Mental benar-benar diuji saat itu. Tendangan Penalti yang seharusnya membalikan keadaan, gagal. Rekan yang lain menghampiri, dan kembali memberi motivasi yang lebih.


 Memang. Momen ini tak akan terlupakan begitu saja. 
Saya sudah mengecewakan pendukung dan yang terlibat di Tim Kuning-Hijau itu.
Hal ini juga dirasakan oleh ujung tombak Persib Bandung, Spasojevic. Spaso gagal mengeksekusi penalti ke gawang Persiba Balikpapan dalam laga Piala Presiden 2015. 
Lebih jauh lagi, disana ada alien yang juga pernah merasakan gagalnya tendangan penalti. Ya, Lionel Messi. Messi telah gagal menjadi eksekutor penalti sebanyak 14 kali dari 63 kali dia menjadi algojo penalti.

 Di sepakbola, kita juga tetap membutuhkan Emotional Quotient (EQ), EQ adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, kemudian mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap permainannya di lapangan.

Catatan goal saya di Sepakbola FORSI 2015
TANGGAL
VS
SKOR
NYEKOR
16 SEPTEMBER 2015
FIKOM vs FTG
3 vs 0
-
21 SEPTEMBER 2015
FIKOM vs FMIPA
0 vs 1
*
28 SEPTEMBER 2015
FIKOM vs Farmasi
4 vs 0
3
2 OKTOBER 2015
FIKOM vs Fisip
2 vs 0
1
5 OKTOBER 2015
FIKOM vs Faperta
1 vs 0
*
8 OKTOBER 2015
FIKOM vs D3 Fisip
4 vs 1
2
12 OKTOBER 2015
FIKOM vs FIB
0 vs 1
-
*Tidak ikut bermain

“Kalah itu memang sakit. Tapi, tidak bangkit dari kekalahan lebih dari sakit” –Naufal, Kapten FIKOM dan USBU

“Ego itu jangan dihilangkan. Itu karaktermu, dan” – Prasetya Anwary, Kapten Tim PS Beltim yang juga satu tim di @TFHHoree

Comedian Football!