Discovery Ngalam, Jawa Timur.

06:22:00 0 Comments A+ a-

 16 Agustus 2016.
   Bulan yang paling dinantikan oleh para kaum mahasiswa. Dimana mahasiswa bisa berhenti dari kegiatan akademiknya. Dimana mahasiswa bisa menarik nafas lega di bulan ini. Dan dimana mahasiswa bisa liburan semester. yeay!

  Seperti di tulisan sebelumnya, liburan semester saya, selalu dihabiskan dengan travelling.

Tujuannya, agar kita bisa merefresh otak dan merawat nalar kita, dan perlu diingat bahwa travelling atau jalan-jalan itu penting. 

  Jam sudah menunjukan pukul 16.00 WIB dan Kita harus bergegas menuju Stasiun Bandung untuk keberangkatan pukul 17.00 WIB.

Waktu yang hampir dipastikan tidak akan sampai sebelum pukul 17.00 WIB. Mengingat pada jam saat itu, orang-orang sudah mulai meninggalkan kantornya, mencari makan untuk makan malam dan bertemu keluarganya dirumah masing-masing.

  Alhamdulillah.. kondisi jalan di Bandung hingga menuju Stasiun Bandung tidak macet dari biasanya.


  Cobaan pertama kita, yaitu tidak beroperasinya kartu karcis Stasiun Bandung.

Saat sudah menekan tombol beberapa kali untuk mengeluarkan kartu karcis, karcis pun tidak keluar padahal saat itu portal sudah terbuka.
Pikiran kami sudah karuan dari sepanjang perjalanan menuju Stasiun.
Akhirnya, kami memutuskan untuk keluar dari mobil terlebih dahulu dan berlari untuk melakukan Boarding Pass karena jam sudah menunjukan jam 5 kurang 5 menit.

  Saat melakukan Boarding, petugas setempat membiarkan kami untuk langsung menaiki kereta.

Petugas itu baik sekali. Jika saya bertemu kembali, saya akan mengucapkan terimakasih sa-Bandungeun.
Ternyata benar, baru satu kaki melangkahkan di gerbong kereta, kereta sudah mulai berjalan.
Serasa di Film 5cm dong.
FYI. 5cm itu film terpendek di Indonesia bahkan di Dunia. 5cm. hehe.

  Kebayang dong, kalo telat beberapa menit hanya karena menunggu tiket karcis keluar ditambah menunggu untuk melakukan Boarding Pass, uang tiket PP kereta 2juta200 untuk 5 orang bisa hangus. Ditambah DP travel 5juta akan ikut hangus :((

Ternyata, Allah masih mengijinkan kita untuk menikmati hasil ciptaan-Nya di kota tujuan nanti. Alhamdulillah.

  Kami langsung menuju tempat duduk yang sudah tertera di karcis.

Hanya 10menit kami menikmati suasana di kereta. Kereta sudah berhentivkembali di Stasiun Kiaracondong. Maklum, tiap stasiun, kereta yang kami tumpangi pasti berhenti.

Saat berhenti di Stasiun Kircon (Kiaracondong), ada satu pasangan yang menuju kursi kita.

Cewe : "Mas duduk di kursi nomer berapa?"
Saya : "di nomer 18 sampai 22 mbak"
Cewe : "Itu liat di karcisnya gerbong berapa?"
Saya : "Gerbong 2 mbak"
Cewe : "Ini gerbong satu mas, kalo gerbong dua ke belakang lagi!!" dengan nada tinggi.
Saya : "oiya maaf ya mbak. tapi biasa aja dong"

   Akhirnya kita mengalah. Karena salah :(((

Kita langsung mengambil dan memindahkan kembali barang bawaan kita yang sudah disimpan di bagasi atas. "Ya Allah ginding kieu. cobaan apalagi ini?" ujar saya dalam hati.
Maklum, kita kan seminggu di kota tujuan nanti. Jadi pasti segala dibawa, padahal ada barang yang kurang penting dibawa juga. hmmm.

   Kereta perlahan mulai berjalan kembali, kami merapihkan posisi duduk. Menghamparkan sarung diatas lutut-lutut kita. Selain untuk menahan dinginnya dalam gerbong, posisi saat itu bisa dipakai untuk bermain Uno. Selain Uno, kita juga bermain Jejempolan. Permainan ini bisa mengusir rasa jenuh kita.

Kebayang kan 16 jam di kereta hanya berdiam dan tidur saja.


17 Agustus 2016 

   Jam menunjukan pukul 00.10 WIB. Suasana di gerbong sudah mulai hening. Hanya terdengar suara kereta dan suara tawa kami yang masih bermain Uno ketika salah satu pemain salah mengeluarkan kartu.
Sampai akhirnya, penumpang di belakang kami menegur kami dengan bahasa inggris, jika di dalam bahasa Indonesiakan "Permisi, mohon maaf jangan terlalu keras menyender di kursi. Sudah larut malam juga, kasian penumpang lain".

  Jika kalian pernah menggunakan kereta api kelas ekonomi pasti tahu posisi duduk saat itu. Akhirnya, peringatan dari Bule itu menghentikan permainan. Kami langsung beristirahat walaupun masih ketagihan dengan permainan ini.


  3 jam berlalu kereta berhenti kembali.

Alhamdulillah...sudah tiba di Stasiun Tugu, Yogyakarta.
Tapi, kami tidak langsung bergegas untuk turun. Kota ini bukan tujuan akhir kita.

 Kami melanjutkan istirahat. Tak terasa memang, jika dalam perjalanan selalu dihabiskan dengan istirahat. (Baca: Tidur). hehe.


 16 jam perjalanan sudah kami tempuh. 2 kali lipat dari waktu tempuh Bandung-Jogja.

Dan Alhamdulillah...kami sudah sampai di tujuan akhir.
NGEGUS HUWAR NGEN NGALAM. 
Kata pertama yang kami dengar dari salah satu kru Travel di sana.
Sedikit aneh emang, tetapi itu salah satu bahasa daerah disana. Bahasa yang harus dibaca dari belakang di tiap kata-nya.
Jadi, Sugeng Rawuh Neng Malang. Yang artinya, SELAMAT DATANG DI MALANG.

   Sampai disana kami diajak untuk makan terlebih dahulu. Karena kru travel tahu betul bahwa kami Salatri (kelaparan) selama di perjalanan.

Karena kami yang meminta untuk diantarkan ke tempat makan yang harganya sesuai dengan mahasiswa. hehe. Kalian hanya mengeluarkan Rp.15.000 untuk makan + minum.

   Setelah itu kami diantarkan ke tempat istirahat kita di Wisma.

Bayangan kita, Wisma di sana itu sama halnya dengan wisma di Bandung. 1 kamar untuk beberapa orang. Ada kamar mandi di dalam. Kasur yang empuk. Dan susasana yang nyaman.
Ternyata itu hanya ekspetasi kita. Kita diantar ke tempat dimana para tentara beristirahat.
Kebayang kan kamar tentara kayak gimana. Suasananya gimana. Nah, itu wisma kita selama seminggu nanti :((
"Ya Allah apakah ini cobaan ketiga kita?" ujar dalam hati. 

   Hari masih belum terlalu sore. Sambil kami menikmati suasana dan suasini kota Malang, saya mencoba bernego kembali untuk pindah tempat istirahat. Dan ternyata bisa. Sepulang keliling kota Malang, kami diantar menuju Hotel. Alhamdulillah.


  Suasana malam kota Malang memang menjadi hal yang sulit dilupakan. Setelah menyimpan barang dan check in di penginapan yang "baru", kami diantar menuju bukit paralayang. Bukit dimana pengunjung bisa melihat Aksi Paralayang, Kota Malang dan pemandangan alam. 
Dan ternyata benar, setelah sampai di parkiran dan tracking hampir 10 menit, Kami tidak melihat apa-apa :((
itu dikarenakan cuaca yang kurang mendukung. Bukit silemuti kabut. Matahari sudah terbenam. Dan suhu yang hampir menyamai Kota Moscow. 
Kami pulang dengan kepala tertunduk. 
Karena tegak terus nanti kesandung. hehe. 

18 Agustus 2016

  Hari kedua kita di Malang dan hari pertama kita merawat nalar dan menikmati travelling.
Kami memulai perjalanan pukul 9 pagi. Udara segar dan cuaca cerah seolah menyambut kami di Malang.
Tujuan pertama kami yaitu, Air Terjun Coban Rondo. Berjarak 1 jam dari pusat kota Malang.

  Namun sayang, air terjun ini hanya bisa dinikmati lewat foto saja. Padahal saya dan rombongan sudah membawa perlengkapan untuk mandi disana :((







Tak jauh dari tempat ini, ada satu spot foto dan wisata yang wajib kalian kunjungi.
Disini kalian harus menemukan jalan keluar tanpa petunjuk arah. Ya, Taman Labirin menjadi favorit wisata selanjutnya.
Kami kaduhung (menyesal) tidak menikmati wisata itu. Alasannya, kami ingin lebih puas di tempat selanjutnya. Dan tempat kami selanjutnya ditutup pukul 17.00 WIB atau 5 sore.


   Wisata memang tidak hanya alam saja, tetapi juga ada wisata buatan. Nah, tempat ini juga menjadi tempat rekomen. Tempatnya mirip-mirip Dufan gitu.
Hampir ada 50 wahana. Kalian bisa menikmati semua wahana (dengan persyaratan tertentu di tiap wahana).
Karena tidak adanya angkutan untuk mengantarkan ke tiap wahana. Kalian harus menyiapkan tenaga ekstra untuk berjalan kaki. Dan kami menghabiskan waktu sekitar 3 jam untuk mencoba wahana didalamnya. 

  Dengan keadaan betis kaki yang sudah menyaingi Talas Bogor, kami akhirnya menyerah untuk mencoba wahana selanjutnya. Kami memutuskan untuk kembali ke mobil dan mencari makan. 

  Tempat makan tujuan kami yaitu Ketan Legenda. 
Konon katanya, ketan disini mirip dengan ketan. WOW.
pokonya rekomen banget buat kalian yang lagi liburan ke Malang. 
kalian juga harus siap-siap antri. Tempat ini selalu penuh. 
Bahkan, sebelum tempat makan ini dibuka, banyak yang sudah mengantri di dpannya. 
Teu ketang.   

  



  Kami diantar menuju Alun-alun Batu. Disana banyak pemuda-pemudi Malang yang menghabiskan malamnya disini. Banyaknya jajanan khas kota Malang di sekeliling alun-alun menjadi daya tarik pengunjung.

Salah satunya saya. Saya tertarik dengan "Sempol".  Makanan dengan bumbu kacang dan tusuknya yang melebihi 10 cm dari sempolnya ini memang patut dicobaHarganya sekitar Rp.500/tusuk .
Kami juga mencoba wahana Bianglala di alun-alun Batu. Biayanya hanya Rp.3000/orang.


   Belum puas menikmati jajanan lainnya, kami selanjutnya diantar menuju penginapan dan harus beristirahat, sebelum melanjutkan perjalanan pukul 24.00 WIB.

  Sesampainya di hotel, kami tidak istirahat. Hehe.
Kami malah melanjutkan permainan di kereta kemarin. Kami bermain Uno dan Jejempolan . Kami kembali tertawa dengan permainan sederhana ini. Hahaha.

19 Agustus 2016
  Tak terasa jam sudah menunjukan tengah malam. Kami kembali prepare dan membawa barang-barang yang dianggap perlu.
Di lobby hotel sudah menunggu Tour Guide lainnya. Namanya Mbak Gelog.
Belum lama kami berbincang, kami langsung diantar menuju mobil penjahat :((. 
Ya, Mobil Jeep ala-ala petualangan Sherina.

Awalnya sempat takut dijemput tengah malam dan menaiki mobil Jeep tersebut.
Tapi, rasa ngantuk mengalahkan rasa takut itu. Akhirnya, kami beristirahat di sepanjang perjalanan.

  Kami terbangun. Hawa dingin semakin menusuk. Banyak turis berdatangan.
Ternyata kami sudah sampai di bukit penanjakan. Bukit ini menjadi spor favorit untuk menikmati sunrise.
Sambil menunggu sunrise, kami mencoba menghangatkan badan.
Selain pelukan, ternyata segelas kopi disini juga mampu menghangatkan badan.


  Matahari menunjukan sinarnya dengan perlahan. Subhannallah.
Mungkin, Tuhan menciptakan Indonesia ketika sedang tersenyum :).








  Setelah sempat menikmati sunrise, saya mencoba memberanikan diri untuk berselfie dengan Uwa Tere (Kakak dari orang tua).
Saya bilang “Excuse Me, Can you take a selfie with me?”
Turis itu menjawab “Yes, Of Course”
Alhamdulillah, saya bisa bahasa inggris setelah kata welcome dan thank you.



  Selanjutnya kami mencoba turun mendekati Gunung Bromo menggunakan mobil Jeep tadi.
Hamparan pasir menjadi spot foto terbaik dengan objek Gunung Bromo dan Jeepnya.





  Selain Pasir Berbisik, Bukit Teletubies dan Pura Luhur Ponten juga menjadi spot untuk para instagramers.

  Ternyata, foto-foto juga lumayan melelahkan. Kami kembali ke penginapan untuk berganti salin dan bersiap-siap menuju wisata berikutnya.
Sebelum ke penginapan, kami sempat mencicipi Rawon Malang. Makanan ini juga menjadi makanan khas di Malang dan sekitarnya.


Sebelum menutup hari kedua ini, kami kembali diajak menikmati suasana malam di Malang. Kami diajak menuju BNS (Batu Night Spectacular). 
Wisata ini menyediakan wahana yang asyik. Terutama Taman Lampion yang menjadi minat pengunjung. Tak lama kami disini. Kami harus menghemat tenaga untuk sisa liburan kami selama di Malang. 
Ini salah satu tips juga untuk traveller, jika liburan dalam jangka waktu beberapa hari atau bahkan seminggu lebih, kalian harus berhemat tenaga. Karena kalo liburan capek, pastik tidak bisa dinikmati. Mubajir deh liburannya.


20 Agustus 2016
  Akhirnya hari keempat di Malang kami bisa berenang :D
Hari ini kami menuju Pantai Religi Nganteb dan Pantai Balaikambang. Jaraknya sekitar 2jam 30menit dari pusat kota.
Di Pantai Nganteb dilarang berenang dikarenakan ombak di semua pantai selatan masih belum aman, jadi kami hanya memasang hammock saja.
Lumayan lah bisa menikmati angin pantai yang sepoi-sepoi apalagi ditemani es kelapa muda. unch.
Jika ingin mendapatkan harga murah, maka gunakanlah bahasa mereka. Contohnya, saya tiap membeli sesuatu, menggunakan bahasa jawa di Malang. hehe.







  Hanya 2jam bersantai, kami kembali berkembas menuju pantai selanjutnya.

Di Pantai ini Alhamdulillah bisa berenang. Horee. Itu terbukti dari sepanjang menuju parkiran sudah banyak orang yang berenang dan bermain di pesisir pantai.
Pantai ini disebut juga sebagai Tanah Lot-nya Malang. Disana terdapat jembatan yang menghubungkan garis pantai dengan Pura.
Disini juga kalian bisa menikmati senja. Dan alhamdulillah kami sedikit beruntung bisa menyaksikan senja.
Kenapa aku suka senja? karena Indonesia kebanyakan sunrise. Kebanyakan Gairah, kurang Perenungan.













Selesai berenang dan sedikit perenungan. Kami membilas badan dan mengganti pakaian untuk kembali menuju penginapan.



21 Agustus 2016

   Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar buah khas kota Malang? Yaap. Apel.
Hari ini kita kembali menuju Batu, dari kota Malang. Kota Batu yang terletak di daerah dataran tinggi, sangat cocok untuk membuka usaha perkebunan. Terutama Apel dan Teh.
Kami diajak untuk menikmati wisata petik Apel. Biayanya Rp.30.000 / orang.
Dari parkiran menuju kebun, kalian harus tracking terlebih dahulu.
Penjaga disana memberi tahu bahwa Apel disini sudah bebas dari pestisida, jadi jika kalian ingin memetik dan menikmati Apel nya silahkan saja. Tapi jika ingin membawa Apelnya, akan dikenakan biaya Rp.30.000/kg.
  Sedikit tips jika kalian berkunjung kesini. Petik dan makan langsung Apel disana sebanyak 1kg.
Jadi, kalian masuk perkebunan itu gratis. hehehe.

Sudah kenyang dengan Apel 1kg. Kami kembali menuju mobil dan melanjutkan ke tempat wisata buatan selanjutnya.

Jaraknya hanya 1jam dari perkebunan.
Wisata ini menjadi tempat hits di media sosial. Apalagi kalo bukan Museum Angkut.
Biaya masuknya sekitar Rp.75.000. Dan untuk kalian yang membawa kamera dikenakan cash sebesar Rp.30.000.
Hampir sama dengan Jatim Park 2. Disini kalian harus menyiapkan tenaga untuk berkeliling menuju spot-spot terbaik untuk berfoto.
Hampir 3 jam waktu yang kami habiskan.













22 Agustus 2016

  Hari dimana sedih dan senang menjadi satu.
Sedih karena harus mengakhiri travelling. Senang karena bisa kembali kerumah.
Hari ini juga yang paling tidak diinginkan oleh traveller. Pasti mereka merasa kurang dengan travelingnya.
Namun, setiap perjumpaan pasti ada perpisahan.
Kami harus siap meninggalkan kota yang penuh dengan cerita ini. Mulai dari sebelum keberangkatan - keberangkatan - dan setelah keberangkatan.

Terimakasih Toloheor Team.

Terimakasih Mamah dan Papah Merry.
Terimakasih Mas Azis.
Terimakasih Mbak Gelog.



Discover Lombok, Indonesia

00:00:00 0 Comments A+ a-

  Lombok memang tak jauh berbeda dengan wisata saya sebelumnya, Bali. Dengan mayoritas penduduk beragama Islam, di sepanjang jalan tidak banyak tercium aroma menyan atau sesajen khas umat Hindu.

  25 - 30 Maret 2016 menjadi catatan travelling saya selanjutnya. Memang, tujuan saya ke Lombok bukan travelling, melainkan mengikuti Kelas Inspirasi Lombok 3 di beberapa Gili. 

25 Maret 2016
  Setelah Jogja, Lombok menjadi kota kedua yang saya datangi sendirian. Ya, Sendiri. Sibuknya teman, menjadi alasan saya kenapa saya memilih pergi sendiri. Dimulai dari rumah menuju travel Bandung, Bandung menuju Halim Perdana Kusuma, dan Halim menuju Lombok International Airport.
Waktu yang saya tempuh dari Rumah-BEC (1jam), BEC-Halim (3jam), Halim-Lombok (1 jam 45 menit).
Saya tiba di Lombok pukul 22.00 WITA, satu jam lebih cepat dari WIB.
Saya langsung pergi menuju kota Mataram menggunakan Bis Damri (25 ribu) dan 15ribu untuk ojek menuju Rumah Singgah Lombok di Jalan Bangil V No.6 BTN, Mataram.
Di Rumah Singgah, saya disambut hangat oleh mamak dan bapak yang sudah lama menjadikan rumah itu sebagai rumah singgah untuk para bacpacker yang sedang berkunjung ke Lombok. Sebagaimana rumah lainnya, Rumah Singgah (Rusing) ini juga mempunyai aturan yang harus ditaai seperti mengisi buku tamu, akrab dengan backpacker lainnya, aktivitas dibawah jam 11 malam dan mengisi testimoni untuk Rusing.
Disana juga saya berbagi cerita bersama backpacker lainnya. Sesudah para backpacker bercerita, saya sempat menahan air mata. Karena inilah yang saya rasakan ketika jauh dengan orang tua dan harus melakukan aktivitas dengan sendiri. 

26 Maret 2016
  Pagi yang cerah saat itu. Cocok untuk menikmati suasana dan suasini pantai. Pantai Senggigi, Pantai Montong dan Pantai Ampenan jadi pilihan saya. Jaraknya yang hanya 15-20 menit dari Mataram dan akses yang mudah untuk saya yang menggunakan motor saat itu. Kalian hanya membayar tiket parkir 2000-5000 Rupiah. Sebelumnya, saya harus melipir sejenak menuju Aula Museum NTB, untuk mengikuti briefing Kelas Inspirasi Lombok 3.
Pantai Montong




Pelabuhan Pantai Senggigi


27 Maret 2016
  Minggu dengan penuh aktivitas. Saya bersama Relawan Kelas Inspirasi lainnya sudah berkumpul pukul 09.00 WITA di Aula Museum NTB untuk bergegas menuju Gili Gede. Pulau terpencil yang berjarak 2 jam dari Mataram menuju Pelabuhan Tembowong dan 30 menit dari Pelabuhan menuju Gili Gede.
Di Gili Gede rombongan kami menuju Gili Layar terlebih dahulu, hanya untuk merefresh otak kita dan merawat nalar sebelum otak dan fisik kita disibukan dengan Acara Kelas Inspirasi Lombok 3 ini. Disana terdapat spot Snorkling dan memancing.  Hati-hati juga saat snorkling, karena banyak bulu babi disekitar bibir pantai. Jangan lupa juga untuk tidak menginjak karang dan tanaman laut lainnya.
Menuju Gili Gede

Menuju Gili Gede

Snorkling di Gili Layar

  Hampir 3jam kami keasikan di Gili Layar. waktunya kami kembali ke Gili Gede. tempat kami bertugas untuk memberikan motivasi, inspirasi dan semangat kepada anak-anak sekitar Gili.
Ternyata di Gili Gede juga terdapat bukit. Orang sekitar menyebutnya Bukit Senja, karena disana kita bisa menikmati senja Gili gede. dan Subhanallah.. mata saya dimanjakan dengan senja saat itu. Ditemani angin yang berhempus pelan dan  renungan perjalanan menuju Lombok.
Sunset di Bukit Senja

Sunset di Bukit Senja


28 Maret 2016
  Senin yang berbeda dari biasanya. Tanpa upacara, tanpa macet-macetan dan tanpa pelajaran sekolah yang berat. Senin kami diawali dengan menikmati sunrise di Pelabuhan sekitar Gili Gede.Lagi-lagi saya dimanjakan dengan matahari yang perlahan mulai muncul, seolah ia masih malu untuk memulai paginya. Memang, Tuhan memang menciptakan Indonesia ketika sedang tersenyum.
Sunrise di Pelabuhan Gili Gede

Hanya beberapa menit kami menikmati ini. Selanjutnya kami harus bertugas sebagai Relawan di SDN 1 Gili Gede Indah.
SDN 1 Gili Gede Indah

Setelah 7 jam kami bertugas. Kami menikmati hidangan khas Gili Gede.Tongkol bakar dan sambal khas Gili Gede. Tongkol yang digoreng dan dibakar menjadi ciri khas makanan disini. tak lupa juga mencicipi sambal kecap dan bumbu rahasia. Dijamin, kalian pasti nambah beberapa tongkol. begitupun dengan saya :D
Tongkol Bakar + Sambal Khas Gili Gede

Pukul 14.00 WITA kami pulang. Kami juga harus kembali ke Mataram dan daerah sekitarnya. Dengan menaiki perahu yang sama kami tiba kembali di Pelabuhan Tembowong.
Kami tiba di Mataram pukul 17.00 WITA. Sisa waktu yang ada saya habiskan untuk istirahat di Rumah Singgah setelah hampir 2 hari diasingkan di Pulau.
Luar biasa memang terasingkan di Pulau yang dikelilingi anak-anak sekolah yang harus kami berikan semangat, motivasi dan inspirasi. Dengan kesederhanaannya, anak-anak sekitar Gili Gede tak malu untuk bersekolah. Keinginan mereka hanya satu, yaitu mendapat ilmu. Ya, selama ini mereka (SDN 1 Gili Gede Indah) harus bersabar mendapat ilmu dari gurunya. Karena keterbatasan guru dan kemampuan dari gurunya, mereka tiap hari harus bergabung dengan kelas lain.

29 Maret 2016
  Hari terakhir sebelum saya harus kembali ke rumah asal saya. Saya  menggunakan jasa travel motor di Rumah Singgah. Dengan membayar Rp.170.000/orang, kalian bisa duduk manis di motor untuk diantar menuju tempat recommended dari tour guide nya. Host saya saat itu Mas Wawan, selama di perjalanan dan tempat wisata, Mas Wawan bercerita semua tentang Lombok yang membuat saya semakin tertarik dan ingin kembali  ke kota ini. Hanya satu cerita yang Mas Wawan sedih, Gili Trawangan yang selama ini diminati kaum traveller baik domestik maupun non domestik ternyata hampir sepenuhnya dikuasai oleh tourist. Bukan suku asli Lombok yaitu Sasak, Bukan.
Dari Mataram saya menuju Lombok Selatan. Pantai dan Bukit sudah menanti. Mulai dari Pantai Selong Belanak - Pantai Seger - Pantai Kuta Lombok - Pantai Mawun - Bukit Tanjung Aan - dan Bukit Merese.
Pantai Selong Belanak
Pantai Kuta Lombok
Pantai Mawun

Tanjung Aan


Bukit Merese

Bukit Merese

Bukit Merese

Bukit Merese

Bukit Merese

Bukit Merese

Raja Ampatnya Lombok

Payung Teduh di Bukit Merese

Desa Sade

Bandara Lombok International Airport
30 Maret 2016
  Hari yang sedih dan juga senang. Sedih karena harus berpisah dengan kota yang saya sukai setelah Jogja. Senang karena bisa kembali ke kehidupan nyata sebelumnya.
Saya harus kembali pulang. Berangkat pukul 08.00 WITA menuju Pool Damri Mandalika. Hingga tiba pukul 09.00 WITA di Bandara Lombok. Saya harus menunggu selama 3 jam di Bandara untuk mencapai kejongjonan disana. Pukul 12.00 saya flight menuju Bandara Soekarno Hatta. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju Batu Nunggal menggunakan Bis Primajasa.

Terimakasih Lombok. See You :)



*Iternary bagi kalian yang ingin ke Lombok:
Pesawat PP : Sekitar Rp.1,3juta (Alhamdulillah kalo kalian dapet tiket promo)
Bandara - Pool Mandalika : Rp. 25.000
Mandalika - Rumah Singgah : Rp. 15.000
(Selama Trip, Kalian bisa menginap di Rumah Singgah)
Makan sehari 3x: (kalian bisa mencari makan dibawah Rp.10.000 + minum)
dari tgl 25-30 Maret 2016 sekitar: Rp. 120.000
*di tanggal 27-28 saya pergi ke Gili Gede:
Rp.200.000 (Include Bis, perahu menuju Gili Gede, Gili Layar dan makan 3x sehari)
Jasa Travel Motor : Rp.170.000 (Sudah termasuk motor, supir, bensin dan bisa ke tempat yang recommended)
Sewa Motor / hari : Rp. 70.000 (namun kuran efektif jika pergi sendiri dan belum hafal jalanan kota)
Mandalika - Bandara : Rp. 25.000
Oleh-oleh : Tentative
Bandara Soekarno Hatta - Batu Nunggal : Rp. 115.000