Kartu dan Oli

19:56:00 0 Comments A+ a-






  Kartu kuning maupun merah menjadi tak asing lagi bagi saya di setiap kompetisi. Keduanya sering dikeluarkan oleh wasit dengan alasan apapun.


  Kemarin, kedua kartu itu kembali keluar di saku depan dan saku belakang wasit. Kartu kuning pertama keluar akibat aksi "jail" saya menendang kaki pemain lawan yang  lebih dulu menyikut saya. Akibatnya, kartu kuning pertama keluar di pertandingan pembukaan sepakbola FORSI vs Geologi kemarin.
 Lebih bermain hati-hati di babak kedua, saya ditempatkan di posisi kesukaan saya, striker. Babak kedua berjalan separuh, wasit kembali mengeluarkan  kartu kuningnya untuk saya karena melakukan aksi diving. Padahal di saat yang sama Assisten wasit 2 telah mengangkat bendera karena saya dijegal oleh bek lawan. Namun, keputusan sepenuhnya berada di wasit inti. Alhasil, saya harus istirahat lebih cepat karena mendapatkan kartu merah (tidak langsung) dan tidak boleh bermain satu (1) pertandingan Senin nanti vs FMIPA karena akumulasi kartu.
 Tahun kemarin di turnamen yang sama, saya juga merasakan akumulasi kartu. Di babak 8 besar saya terpaksa menonton pertandingan FIKOM vs FIB.  Seolah kartu kuning dan merah menjadi langganan bagi saya.

 FIKOM berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 3-0 vs Geologi.

 Selesai pertandingan, saya bergegas pulang lebih dulu dibanding pemain lain. Perjalanan pulang disponsori oleh macetnya lalu lintas dari arah Jatinangor ke Tanjungsari maupun sebaliknya. Macet itu disebabkan tergulingnya truk bermuatan tanah di sekitar sanur. Hal itu membuat saya menurunkan km/jam motor saya menuju rumah. Tak sampai rumah, motor saya oleng akibat ban depan dan belakang mengenai oli sekitar pengkolan bangkong. Motor saya langsung meluncur ke tengah dan saya jatuh di dekat oli tadi. Beruntung,  teman saya, Yudin tidak mengalami hal yang sama di belakang. akhirnya saya dibonceng oleh Yudin menuju rumah.




 Mungkin kejadian diatas memperingati saya agar lebih banyak istirahat dan diam dirumah. sekian.


TRIP TO MT.PAPANDAYAN

01:06:00 0 Comments A+ a-

Senin 15 juni 2015,
  Barudak cau / bolang gembel / pendaki sange atau apapun yang mereka sebut ngajakin hiking ke Gunung Papandayan. Egif sang pengajak pertama ngajakin dari jam 12 siang. Berikut percakapan Egif dan Hildan by telepon:
Egif   (E)      : “Hallo dan..”
Hildan   (H)  : “Hallo gif...”
E                    : “Mau ikut ke papandayan gak?”
H                    : “Kapan gif?”
E                    : “Entar udah ashar”
H                    : “Asli gif? Ih urang belum prepare”
E                     : “Sama urang juga belum prepare da”
H                    : “Sama siapa aja gif? Duaan?”
E                     : “Sarap. Piraku we duaan. Egif, Aang kokok, Agung rainda, Obed, Tole, Tantan, sama
                            baladnya agung weh 2an”
H                      : “Asli ini teh? Ih meuni ngadadak kanu newbie teh”
E                      : “Asli dan hayu. Engke ku egif di sms-in bawa naon wae”
H                     : “Yasok atuh gif ditunggu”
*5menit kemudian Egif ngsms*
Dalam hati saya ngomong, “mendingan ke manglayang atau ke papandayan nyak?” . tanpa pikir panjang, saya langsung memilih papandayan da kabita ku hutan mati dan edelweisnya. Setelah itu, langsung weh prepare naon wae nu kudu dibawa. Tapi, urang mah asa mawa imah ka gunung teh da sagala dibawa. Termasuk ngeprint nama batur (tidak disebutkan namanya) biar kek orang-orang difoto kek gitu.
Beres prepare, langsung berangkat dan nyampeur heula Egif (Pekteh Egif disampeur belum apa-apa, hanas rusuh udah ashar  :( ). 10 menit menunggu, kami langsung berangkat dan kumpul di rumah aang koko. Disana sudah ada barudak pendaki sange menunggu. Kami melakukan brifing dan doa bersama sebelum berangkat. Kami berangkat menggunakan motor dengan formasi:
Hildan-Egif ; Agung-Kokok ; Tantan-Tole ; Reunaldi-Agum ; dan Obed-Sorangan
Berangkat dari jam 5 dan tiba di gerbang pendakian jam 10 malem. Bukan lamanya perjalanan Tanjungsari-Burangrang, tapi lamanya kendala dijalan seperti, ban motor bitu 3 kali. Untung we punya balad pangsabar dan solidna nomer 0. Mereka menunggu motor X-ride di Alfamart sampe ketiduran dan kutirisna cuaca di Garut.
Kami langsung bergegas mengisi daftar hadir dan kemudian berangkat memuncak. Tantan yang sudah 345798634 kali naek gunung memimpin di depan. Kabut, bau belerang dan dinginnya cuaca menyambut perjalanan kami menuju pondok saladah (Tempat  Camping).
Setelah menghadapi jalur yang cukup ripuh bagi newbie, saya tiba bersama bolang gembel di pondok saladah pukul 24.00. Untuk mengatasi dinginnya cuaca, kami serempak melakukan senam dahulu dan dilanjutkan mengeluarkan barang-barang dan memasang tenda. Saya yang tidak begitu faham dengan kamping kecuali nyambel dan dahar duduk ngahuleng menyaksikan rekan-rekan bekerja.

Selasa 16 juni 2015,
Malam itu, udara dingin merasuki semua bagian tubuh barudak. Barudak yang kangeunahan diimah, akhirnya membuat api unggun untuk siduru bersama. Api unggun dibuat juga untuk membuat bermasak ria. Aang kokok yang gagal di master chef junior, inisiatif mengeluarkan keahliannya di tempat kemping. Sambil nunggu masakan chef, kehidupan barudak ada yang sare, gapleh, remi, turun lagi ke bawah ngecek motor dan ngaganggu batur nu keur sare.
2jam kemudian makanan chef aang matang, barudak yang keasikan dengan kehidupannya tertidur pulas dan menyisakan, Hildan, Kokok, Agung dan Agum. Kami berempat langsung melahap masakan tersebut. Kunikmat eta masakan aang. Sambelna gud. Teuing pedah lapar jeung cape kitu :(
Udara semakin dingin, waktu menunjukan pukul 4 dan masakan menyisakan remeh. Kami berempat kembali tidur dengan keadaan panas beuteung ku sambel, dingin dan nyeuri taktak. Leging, kaoskaki (2), kupluk, baf, baju (2), jaket, sleeping bag dipake ge angger weh gabisa sare da kutirisna cuaca siga di venezuela. Kapaksa we sare siga hayam. Leplepan.
Waktu menunjukan pukul 7, disambut dengan sinar matahari dan udara yang tetap dingin. Barudak bangun dengan keadaan mata masih lelah. Aktivitas saat itu, barudak kembali menyiapkan masakan untuk tenaga meneruskan perjalanan kembali. Masakan matang pukul 10 pagi dan habis dalam waktu satu jam.
Dengan tenaga yang ada kami kembali melanjutkan perjalanan ke hutan mati dan tegal alun pukul 12 siang. Barudak yang tak biasa teu kaop ningali kamera, melakukan sesi pemotretan biar kayak orang-orang seunah. Kami tiba pukul 13.00 di Hutan Mati dan pukul 14.00 tiba di Tegal Alun. Di Hutan Mati, banyak pepohonan yang mati akibat letusan gunung papandayan beberapa tahun yang lalu. Ladang edelweis yang luas menjadi kelebihan Gunung Papandayan di Tegal Alun. Namun butuh tenaga ekstra untuk mencapainya, karena jalur  menuju Hutan Mati dan Tegal Alun lebih dari perjalanan dari gerbang pendakian ke Pondok Saladah.
Kami turun pukul 16.00 dari Tegal Alun dan tiba kembali di gerbang pendakian pukul 18.00. Barudak serentak terkejut karena jalur yang dilewati semalam cukup ekstrim bagi pendaki pemula. Untuk menghilangkan keterkejutannya, kami kembali melakukan foto-foto, mencari batu akik, ngahereuyan obed da lambat turun pedah kakinya lecet akibat sepatu dangdutnya.
Tiba di gerbang jam 18.00, kami beristirahat sejenak dan kembali melakukan laporan pendakian selesai. Stelah itu, kami langsung berangkat kembali menuju rumah masing-masing di tanjungsari.

                Di tengah perjalanan yang menurun, barudak punya firasat buruk. Dan ternyata benar, motor barudak dijailan ku nu “lain”. Motor Agung rem blong, motor Tantan jeung Hildan ban bitu. Kami langsung berdoa sejenak dan membereskan masalah itu. Udah beres semua, perjalanan dilanjut. Kami menikmati perjalanan pulang. Motor Reunaldi dan Agung langsung menuju pom terdekat untuk melakukan pengisian ulang. Obed dengan kondisi duit dadas dan mengecek tank bensinnya.
Hildan (H)            : “Cukup bed bensina?”
Obed (O)             : “Cukup lah” (Sambil menggoyangkan dan mencelupkan jarinya ke tank)
(H)                          : “hayu ah itu Agung dan Reunaldi geus beres”
(O)                         : “hayu gas”
                Obed yang berbekal tidak tahu jalan garut dan kondisi bensin saat pergi duluan dengan kecepan 120km/kjam.  Barudak tertinggal jauh oleh Obed. Ditengah perjalanan, motor X-ride kami kembali mengalami bitu ban.  “Ieu X-ride mereun ngarayakeun anniv dibeli meuni hayang dijajanan terus” tanya saya dalam hati. Barudak kembali menunggu sambil menyeduh kopi sisa semalam. Beres masalah bitu ban, kami kembali melanjutkan perjalanan dan menyempatkan membeli kue balok di sekitar Leles. Dengan udunan duit panyesaan, barudak akhirnya wareg.
Perut kenyang dan cuaca dingin menyengat menemani perjalanan pulang kami. Tantan dan Tole yang nyupirnya diudag mantan sudah sampai dirumah terlebih dahulu pukul 21.00. Barudak menyisakan rombogan Hildan-Egif, Agung-Kokok dan Reunaldi-Agum. Kami kehilangan jejak Obed yang sendiri. Kami melambatkan perjalanan sambil mencari Obed di pinggir jalan. Tak menemukan jejaknya, Kami kembali menaikan kecepatan kami hingga 123421 km/jam. Pukul 23.00 kami tiba di rumah Aang Kokok dan menyempatkan untuk istirahat kembali.
Kami bersharing dan bercerita kembali kekonyolan kami saat pergi dan kembali dari Papandayan. Tiba-tiba ada seseorang datang dengan ridu-nya barang bawaan. Dia adalah.... *jeng-jeng*
Dia adalah....Obed. dia datang dengan kondisi lelah akibat mendorong motor Scorpionya di Lingkar Nagreg menuju perbatasan Bandung-Garut. Obed pun bercerita kepada barudak yang ada.
Obed (O)             : “Tega maraneh ninggalkeun lah” (dengan muka sedih dan konyolnya obed)
Hildan                   : “Kumaha rek ninggalkeun da maneh tiheula kan”
Obed                     : “Heeh motor uing mogok di Lingkar Nagreg terus didorong we nepi perbatasan
                                Bandung-Garut”
Agung                   : “Naha bisa mogok?”
Obed                     : “Heeh beak bensin”
Egif                         : “Lainna dicek heula kan pas Agung ngisian bensin, ceuk maneh teh cukup”
Obed                     : “Heeh da biasana mah cukup, tapi ayeuna mah teu ngucur da saat”
Hildan                   : “Terus kumaha bed? Diisian kusaha bensin?”
Obed                     : “Uing nginjeum ka Mang Miming (salah satu ojeg disana), ngagadekeun hape
   samsung jeung ktp weh demi duit 30 rebu kangge bensin”
Barudak               : “hahaha karunya maneh bed euy”
Obed                     : “Heeh lain tulungan atuh, urang nungguan sisi jalan”
Agung                   : “sing demina, urang teh ngalieuk ka kiri terus da bisi ningali maneh disisi jalan. Tapi
  sajajalan eweuh maneh aslina bed”
Obed                     : “urang nungguan di tukang ojeg bari ngadagoan maraneh da”
Hildan                   : “Aslina bed. Teu ningali da. Terus maneh ceurik teu?”
Obed                     : “Tadinama urang rek ceurik pisan, ngan lamun urang ceurik bensin moal nambahan
deui. Jadiwe urang nginjeum duit ka Mang Miming”
*Barudak serentak keprok dengan quotes Obed*
Hildan                   : “Terus rek ditebus iraha?”
Obed                     : “Isukan we ah”
Agung                   : “Suku maneh teu karasa nyak da aya nu leuwih nyeri. Ngadorong motor gede”
Obed                     : “Aslina gung euy”
                Barudak yang tertawa dengan cerita Obed merasa kasihan dengan kondisi saat itu. Kami kembali bercerita pengalaman masing-masing di Papandayang. Setelah tenaga kami pulih, kami kembali pulang ke rumah masing-masing. Sekian.










Hildan Putra Dwika,Lihai Menggocek Bola Pandai Bikin Ketawa

02:27:00 0 Comments A+ a-

  Hildan Putra Dwika, remaja agak kurus dengan rambut lurus ini lahir di kota keraton, Yogyakarta, tepatnya pada 28 November 1996. Bersama keluarganya, Ia sempat hijrah ke beberapa kota sebelum sebelum akhirnya menetap di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang sekitar tahun 2002. Mulai tahun itu pula, Hildan kecil menjejakan kakinya di Sekolah Dasar negeri 1 Tanjungsari dan mulai mengenal dengan Olahraga yang kini digelutinya, sepak bola.

  Cukup 6 tahun sejak Ia mengenal si kulit bundar, Hildan memperlihatkan tajinya. Ia menjadi bagian dari kesuksesan tim sepakbola sekolahnya dengan berhasil menggondol Juara 3 pada ajang Danone CUP se-Kecamatan Tanjungsari tahun 2007. Prestasi ini mendorong semangatnya dalam menekuni sepakbola. Tahun 2008, melanjutkan pendidikannya ke SMPN 1 Tanjungsari dan bergabung dengan ekstrakurikuler sepakbola.

  Kerja kerasnya selama berlatih dengan tim ini terbayar cukup manis. Bersama timnya Hildan sanggup merengkuh juara 3 pada ajang Liga Pelajar Indonesia tahun 2010. Pada 2011, ia kemudian meneruskan sekolahnya ke SMA Negeri 1 Tanjungsari. Selama 2 kali mengikuti turnamen sepak bola, striker yang mengidolakan Neymar ini dapat memberikan trophy juara 2 pada ajang Liga Pelajar Sumedang pada 2013.

 Tak cukup puas bermain di tim sekolah, membuat Hildan bergerilya mengasah kemampuan di tim sepakbola semi profesional. dI Tahun 2012, ia masuk menjadi bagian tim PSAD Junior U-17. Setahun sesudahnya, penggemar minuman khas Jawa, Wedang, masuk dalam skuad PR Grup U-17/U-19. Berbekal pengalamannya berlatih diberbagai tim, Ia lolos seleksi pemain sepakbola sebagai perwakilan kecamatan Tanjungsari untuk tim TUFC di ajang Piala Bupati Sumedang untuk usia dibawah 19 tahun pada 2012.

Hasilnya sungguh membanggakan. Timnya mampu merengkuh Juara 1 pada ajang tersebut.
Rupanya Hildan benar-benar tidak bisa jauh dari bola. Olahraga futsal menjadi aktivitas rutin dikala Ia tak punya jadwal sepak bola. Sempat tergabung dalam tim futsal “Simpanse”, awal 2013 ia memutuskan membentuk sebuah tim futsal bernama Tim Futsal Harkos Hore dengan beberapa teman SMA-nya.(Baca : Tim Futsal Harkos Hore, Usung Gaya Mutiara Hitam). Sampai saat ini, TFHH menjadi tim yang dibela oleh Hildan.

  Jadi wartawan sekolah dan terjun ke dunia komedi
Meski sibuk bermain bola bukan berarti menghalangi penyuka game sepakbola ini untuk mencoba hal-hal yang berbeda. Semasa berseragam putih abu, Ia sempat menjajaki dunia wartawan dengan bergabung disalah satu ekskul kejurnalistikan. Menjadi wartawan sekolah, mau tak mau Ia musti menulis berbagai berita yang terjadi disekolahnya. Meski hanya setahun. hal ini semakin mendorong minatnya terhadap dunia tulis-menulis, dari 2011 sampai sekarang ia aktif menbuat pelbagai tulisan di blog miliknya. (Blognya dapat diakses http://hildanputradwika.blogspot.com)

  Di akhir masa SMAnya, Hildan bergabung dengan ekskul seni teater. Uniknya, Ia ikut ambil bagian dengan seni lawak yang tergabung dalam grup komedi bernama Trio Jancuk. Bersama 2 temannya, Raka dan Riyo, Hildan sudah beberapa kali tampil di acara-acara sekolah. Teranyar, Ia unjuk gigi dalam pentas seni sekolahnya di awal 2014. Ia pun sempat tampil di Salah satu event di Jatinangor Town Square, Jatinangor, April 2014 silam.
“Inspirasi bermain seni komedi itu muncul ketika saya membaca kutipan dari buku Sujiwo Tejo,” ujar Hildan kepada kru Tanjungsari Media.
“Ia (Sujiwo Tejo) menulis ‘Sujud terbesar adalah membahagiakan orang lain’, kutipan ini yang benar-benar motivasi buat saya,” lanjutnya.

  Nampaknya, sepakbola dan seni komedi telah memberikan perubahan terhadap hidup pria yang mempunyai akun facebook Hildan Putra Dwika. Namun, jika diharuskan memilih, Ia mengaku ingin terus bergelut di bidang sepakbola.
“Pilihan utama ya tentu sepak bola, karena disana saya sudah mengalamai banyak hal,” katanya.
Hildan, yang kini menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Jatinangor ini mengungkapkan keinginan luhurnya untuk Tanjungsari. Ia mempunyai cita-cita membuka sekolah sepak bola di tanah tempat ia beranjak dewasa.
“Kedepan, saya kepengen membuat sebuah Sekolah Sepak Bola buat usia remaja di kawasan Tanjungsari,” ujar remaja jomblo satu ini sambil tersenyum.

sumber : http://tanjungsarimedia.tk/blog/2014/08/09/hildan-lihai-menggocek-bola-pandai-bikin-ketawa/

Terkait Sanksi FIFA untuk PSSI, ini Tanggapan Warga Tanjungsari

02:15:00 0 Comments A+ a-

Kekisruhan persepakbolaan di tanah air yang terjadi sejak beberapa waktu lalu akhirnya membuahkan sanksi FIFA untuk Persatuan Sepak Bola seluruh Indonesia (PSSI). Seperti yang dilansir di media-media nasional, beberapa sanksi resmi dijatuhkan termasuk larangan bertanding di ajang kompetisi yang digelar oleh FIFA dan AFC.

Peristiwa ini mendapatkan perhatian yang cukup besar dari masyarakat, termasuk warga Kecamatan Tanjungsari, Sumedang. Salah seorang warga yang aktif bermain futsal, Asep Nurdin, menganggap sanksi yang dijatuhkan FIFA tidak terlalu menjadi masalah.

“Untuk kemajuan sepakbola Indonesia harus ada yg dikorbankan, toh kompetisi dalam negeri masih bisa berjalan, hanya tidak diakui FIFA saja,” ujarnya.

Asep juga memberikan contoh negara yang sukses justru setelah sanksi FIFA dijatuhkan.
Australia pun pernah dibanned tapi sekarang malah jadi langganan piala dunia. Anggap untuk perbaikan dan ancang-ancang lebih baik saja, karena sampai sekarang belum ada prestasi sepakbola Indonesia yg mentereng,” lanjutnya.

Tanggapan berbeda dilontarkan oleh beberapa warga lain. Salah satunya datang dari Hildan Putra Dwika,  pesepakbola yang juga aktif dalam Volunteer Development Program PSSI.
“Indonesia memang harus istirahat sejenak dalam sepakbola, namun apakah bisa dipertanggung jawabkan oleh PSSI, Presiden, Menpora dan semua pihak yang terkait mengenai sanksi FIFA?” kata Hildan kepada Tanjungsari Media, Senin(1/6).

Terlepas dari pro kontra yang terjadi, semua pihak menginginkan hal yang sama, yaitu kemajuan sepak bola Merah Putih.

sumber : http://tanjungsarimedia.tk/blog/2015/06/01/terkait-sanksi-fifa-untuk-pssi-ini-tanggapan-warga-tanjungsari/ 


Apa itu FORCE MAJEURE ?

04:09:00 0 Comments A+ a-

 Hari menjelang siang, matahari pun mulai tinggi. Kopi di cangkir telah tandas, begitu pula pisang goreng di sebelahnya. Semilir hembusan angin pagi nan sejuk, membuat saya tenggelam dalam lamunan. Tak terasa telah saya habiskan sebuah pagi di beranda depan rumah.

Force Majeure. Sebuah kalimat yang dalam tiga hari belakangan tiba-tiba menjadi populer dan hangat dibicarakan kalangan pelaku sepakbola tanah air. Hal tersebut berkaitan dengan keputusan PSSI untuk menghentikan gelaran QNB League 2015, dengan alasan Force Majeure.

Awal sekali saya ingin menegaskan jika artikel ini tidak memiliki tendensi apapun. Saya juga tidak sedang memposisikan diri untuk mendukung, atau berseberangan dengan siapapun. Saya hanya ingin membuat sebuah kajian yang sifatnya pendapat pribadi, mengenai apa itu force majeure.

Apa itu force majeure? pertanyaan yang saat ini saya yakin ada dibenak sebagian besar pesepakbola di Indonesia, sebuah pertanyaan yang juga ada dalam benak saya.

Berdasarkan rasa ingin tahu tersebut, maka sayapun berusaha untuk mencari sumber-sumber yang secara hukum dapat dijadikan referensi untuk memahami apa itu force majeure, dan hal-hal apa saja yang dapat dijadikan dasar untuk mengambil  keputusan tersebut.

Force Majeure sendiri secara harfiah dapat diartikan sebagai "Kekuatan yang lebih besar".

Dalam konteks hukum, force majeure berarti sebagai klausul yang memberikan dasar pemaaf pada salah satu pihak dalam suatu perjanjian, untuk menanggung sesuatu "hal yang tidak dapat diperkirakan" sebelumnya, yang mengakibatkan pihak tersebut tidak dapat menunaikan kewajibannya berdasarkan kontrak yang telah disepakati.

Hal yang tidak dapat diperkirakan tersebut adalah hal yang mengakibatkan situasi di mana tidak dapat diambil langkah apa pun untuk "mengeliminir, atau menghindarinya". Oleh karena itu penting artinya dua kriteria awal (mengeliminir, atau menghindari) tersebut harus terpenuhi terlebih dahulu, agar dalil force majeure dapat diterima.

Bagaimana jika salah satu pihak yang terikat dalam kontrak menyadari bahwa ada kemungkinan dimasa perjanjian atas kontrak yang ditandatanganinya. Sehingga akan tak terhindarkan, dan tak dapat dieliminir terjadi suatu kejadian tertentu, yang dapat berakibat tidak terlaksananya kewajiban sebagaimana digariskan dalam kontrak.

Dalam ruang lingkup yang lebih spesifik dari force majeure, hal tersebut dikenal dengan “Acts of God” atau katakanlah "Kehendak Tuhan".

Kejadian-kejadian yang dapat dimasukkan dalam golongan "Acts of God" diantaranya adalah bencana alam seperti banjir, gemba bumi, tsunami, atau gunung meletus.

Bisa juga kejadian yang tidak tergolong sebagai "Kehendak Tuhan" namum memiliki dampak yang sangat luar biasa seperti konflik, perang saudara, darurat sipil maupun militer, kerusuhan masal (kita pernah mengalami di tahun 1997, dan saat itu liga dihentikan), krisis ekonomi, atau wabah penyakit (seperti flu burung yang pernah terjadi di daratan Tiongkok pada tahun 2004).

Artinya klausul force majeure sendiri pada umumnya terkait dengan hal-hal yang tidak dapat diprediksi, dan di luar keadaan yang bersifat normal.

Untuk menetapkan sebuah situasi sehingga pada akhirnya dapat dikatakan sebagai situasi force majeure, keadaan tersebut harus terlebih dahulu melewati beberapa tes, diantaranya:

1. Externality - Dikarenakan Pihak Lain

- The defendant must have nothing to do with the event’s happening.

- Pihak-pihak yang terkait kontrak harus tidak ada hubungannya dengan situasi yang tengah terjadi.

Mengenai poin ini saya pikir pihak federasi beralasan jika liga tidak dapat diputar karena adanya larangan dari pihak pemerintah (Menpora). Pemerintah dalam hal ini bisa dikatakan pihak lain diluar pemain, klub maupun Federasi.

Ok lah mungkin kita masih bisa menerima itu. Walaupun sejatinya dari apa yang saya tahu pemerintah malah mendorong liga untuk tetap digulirkan, namun dengan persyaratan yang ditentukan. Federasi yang dikarenakan satu dan lain hal, dalam beberapa kesempatan malah menghentikan liga.
2. Unpredictability - Tidak Dapat Diperkirakan

- If the event could be foreseen, the defendant is obligated to have prepared for it (thus, being unprepared for a foreseeable event leaves the defendant culpable).

- Jika situasi yang terjadi dapat diperkirakan akan terjadi, maka pihak-pihak yang terkait sudah seharusnya mempersiapkan diri (dengan demikian, jika pihak-pihak tersebut tidak mempersiapkan diri maka akan dinyatakan bersalah bersalah).

Untuk poin ini saya pikir federasi sudah seharusnya memperkirakan. Mengingat peristiwa ini (pembekuan dan pelarangan liga) toh tidak terjadi dengan serta-merta. Ada proses (pembicaraan, negosiasi, perdebatan hingga perlawanan) yang telah dilalui sehingga pada akhirnya membuat pembekuan, dan pelarangan liga untuk digelar ini dikeluarkan.
3. Irresistibility - Tidak Dapat Dihindari

-The consequences of the event must have been unpreventable.

- Konsekuensi dari sebuah kejadian yang memang tidak dapat dihindari.

Poin tidak dapat dihindari ini saya pikir titik paling lemah dari dalil force majeure yang dinyatakan oleh federasi. Mengingat penyebab dari kejadian ini (pembekuan, dan tidak dapat digelarnya liga) bukanlah karena hal-hal yang tidak dapat dihindari.

Apa yang terjadi saat ini sangat dapat dihindari. Ada jalan lain yang sebenarnya jauh lebih bijaksana selain menghentikan liga dengan dalil force majeure. Namun federasi seakan mengabaikannya, dengan bersikeras pada pendapat mereka jika keadaan saat ini sudah termasuk dalam kategori force majeure.

Menjadi aneh ketika federasi mengambil sebuah keputusan yang sangat penting (penghentian liga) tanpa persetujuan, atau mendengar pendapat dari klub-klub anggotanya, yang notabene adalah pemilik saham dari PT Liga Indonesia, sebagai operator liga. Belum lagi pendapat pelatih, dan pemain.

Keputusan tersebut seakan menjadi cerminan ketidakpekaan federasi. Tanpa melihat akibat yang akan dipikul oleh struktur (klub, pelatih, dan pemain) dibawahnya. Keputusan tersebut juga berpotensi memunculkan pikiran negatif dari banyak pihak, jika diambil sebagai langkah untuk membebaskan pihak-pihak yang diuntungkan dari tanggung jawab.

Menarik ditunggu bagaimana reaksi dari pihak-pihak (klub, pelatih, dan pemain) yang dalam hal ini terlibat dalam perjanjian yang telah dikategorikan sebagai force majeure tersebut. Apakah mereka menerima, atau menolak. Mengingat dari apa yang saya tahu (silakan koreksi jika salah) situasi force majeure tersebut tidak dapat diputuskan hanya oleh satu pihak.
Kesimpulannya,
In summary, force majeure events may include any event beyond the control of the parties, such as a war, strike, riot, crime, or an “act of God” (e.g., flooding, earthquake, or volcanic eruption), such that the event passes the three “tests” listed above
Singkatnya, peristiwa force majeure yang termasuk dalam kejadian di luar kendali dari para pihak diantaranya perang, pemogokan, kerusuhan, kejahatan, atau "Kehendak Tuhan" (misalnya banjir, gempa bumi, atau letusan gunung berapi), sehingga kejadian tersebut telah melewati tiga "tes" yang tercantum di atas.

Apakah kondisi di Republik saat ini dapat dikatakan tengah mengalami apa itu yang dinamakan "Acts of God" atau "Kehendak Tuhan"? saya pikir tidak. Apa yang terjadi saat ini lebih kepada cerminan begitu tinggi, besar, atau keras ego pihak-pihak yang tengah berseteru.

Bukankah pemimpin yang baik harus selalu peka terhadap keluh kesah dari mereka yang dipimpin. Bahkan dalam ungkapan yang lebih ekstrem, "Seorang pemimpin seharusnya rela mati agar anak buahnya tetap hidup, bukan sebaliknya".

Dalam sebuah kisah Jenderal Soedirman pun pernah berkata "Jangan korbankan anak buahmu untuk karirmu, tapi korbankan karirmu untuk anak buahmu".

Oleh karena itu, berbekal pemahaman saya dari beberapa referensi yang saya baca, dan sudah saya coba uraikan dengan panjang lebar diatas. Dengan tanpa mengurangi rasa hormat kepada siapapun, dan tanpa ada rasa keberpihakan kepada siapapun, saya pikir keadaan yang terjadi saat ini, masih belum sampai kepada apa itu yang dikategorikan sebagai "Force Majeure".
Akhir sekali, kedewasaan sebuah bangsa tidak hanya terlihat dari bagaimana mereka menghargai adanya perbedaan pendapat. Namun lebih dari itu adalah sejauh mana mereka mampu mencari solusi dari setiap permasalahan yang terkait dengan perbedaan tersebut, sesuai dengan aturan-aturan dan kaidah yang berlaku.

Harapan Besar Semua Elemen di MDP PSSI 2015

05:20:00 0 Comments A+ a-

PSSI akhirnya resmi menutup kegiatan Members Development Program (MDP) yang berlangsung sejak Minggu (29/3) hingga Rabu (3/4) malam di Hotel Parklane, Jakarta. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh perwakilan Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI dan para volunteer yang akan diterjunkan ke seluruh Asprov.

Di hari terakhir materi MDP diberikan oleh Direktur Members&Development, Budi Setiawan, Direktur Kompetisi, Tommy Welly, dan Direktur Luar Negeri, Azwan Karim.

Towel sapaan akrap Tommy Welly mengatakan ia memberikan materi mengenai kompetisi amatir kepada seluruh perwakilan Asprov. "Diskusi berlangsung dimulai dari pukul 09.00 WIB. Banyak pertanyaan yang diajukan oleh peserta soal komeptisi," kata Towel.

Sedangkan Sekretaris Asprov Sumsel, Augie Bunyamin mengatakan acara MDP ini berlangsung menarik. "Kita para Asprov dapat mengetahui soal hal-hal baru yang disampaikan oleh PSSI melalui acara ini. Kita sharing juga antar Asprov bagaimana melaksanakan program-program dengan baik. Intinya kami terus bekerja keras demi kemajuan sepak bola Indonesia," jelas Augie.

Sementara itu, Budi Setiawan menyampaikan program volunteer kepada Asprov agar dapat diketahui apa saja tugas, hak, dan kewajiban dari volunteer, PSSI pusat maupun Asprov. "Untuk program MDP, ini memang kegiatan sudah dijadwalkan rutin tiap tahun. Di tahun ini ada program baru yakni volunteer untuk Asprov," kata Budi.

"Kita harap semua program berjalan sukses dan lancar. Selain itu register pemain tiap Asprov juga online kita lakukan. Yang jelas ini bukan program untuk mengumpulkan Asprov jelang Kongres PSSI tanggal 18 April mendatang,"bebernya.

"Untuk materi IT merupakan pelatihan penggunaan sistem registrasi online yang bertujuan untuk mempermudah perekaman data segala aktivitas sepakbola di lingkungan Asprov,"pungkasnya.

Acara ini ditutup pukul 22.00 WIB dengan penyerahan sertifikat kepada perwakilan Ketua Asprov, Sekretaris Asprov, dan Volunteer Asprov. Para volunteer akan mulai bertugas Senin (6/3) mendatang.

repost from :  http://pssi.org/in/read/Grass-Root-And-Youth-Development/Harapan-Besar-Semua-Elemen-di-MDP-PSSI-2015-6660

PSSI Gelar Pelatihan Volunteer Garuda 1

16:27:00 0 Comments A+ a-









PSSI menggelar pelatihan program Volunteer Garuda 1 di Kantor PSSI, Senayan, Jakarta selama tiga hari dari Senin (23/3) hingga Rabu (25/3) mendatang. Sebanyak 28 orang hadir dalam pelatihan hari pertama ini.

Acara yang dimulai pukul 10. 00 WIB ini dibuka oleh Sekjen PSSI, Joko Driyono, selain itu materi pelatihan diberikan oleh Direktur Members & Development Budi Setiawan.

Seperti diketahui para volunteer ini yang akan disalurkan ke seluruh Asosiasi Provinsi (Asprov) dan bulan Februari lalu telah menjalani seleksi dan interview di Kantor PSSI.
"PSSI berharap para volunteer ini dapat membantu tiap Asprov dalam hal data, administrasi dll. Selain itu juga memberikan input dan rekomendasi," kata Joko.

Nantinya 34 orang saja yang terpilih untuk ditempatkan di masing-masing Asprov. Di program ini semua orang yang diseleksi dan yang akan disalurkan, berasal dari Asosiasi Sepak Bola Mahasiswa DKI Jakarta (Asmaja) dan mahasiswa kampus lainnya. Direncanakan mereka akan ditempatkan selama dua minggu di Asprov masing-masing daerah.

Sementara itu Tazki Sumedi salah satu Panpel program ini mengatakan program ini akan mulai dilaksanakan pada 6 April mendatang. "Program berakhir hingga tanggal 20 April. Untuk tahap pertama kita inginkan untuk mengumpulkan data karena untuk kepentingan administrasi, Direktur Teknik, development, dll," kata Tazki.

"Nantinya akan ada laporan dari setiap orang yang kita kirim ke Asprov tersebut. Semua biaya ini dari PSSI," tambahnya.
Sedangkan Direktur Members & Development PSSI, Budi mengaku saat ini sudah memberitahukan program ini ke Asprov. "Nanti kita beritahukan secara resmi saat pertemuan Members Development Program (MDP) di Jakarta pada akhir Maret ini. Kami berharap program ini berjalan baik serta tanpa kendala," kata Budi.
 

repost from : http://pssi.org/in/read/PSSI/PSSI-Gelar-Pelatihan-Volunteer-Garuda-1-6589 
http://pssi.org/in/photo-detail/PSSI/Program-Pengembangan-Volunter-PSSI-914

Explore Jogja reeeeek..

23:16:00 0 Comments A+ a-


Yogyakarta memang pantas disebut sebagai kota istimewa. Dengan slogan "Berhati Nyamam"-nya, wisatawan dalam dan luar negeri penasaran dengan isi kota tersebut.
Liburan kali ini, Jogja menjadi kota untuk di explore selanjutnya. Saya memang asli Jogja, tapi baru-baru ini saya yakin bahwa Jogja memang banyak "surga dunia" untuk para tourism disana.

 Kereta Kahuripan menjadi akses transportasi saya menuju Jogja. Harga saat itu masih naik hingga Rp. 100.000- Rp. 150.000 untuk Ekonomi AC (Tetapi, untuk tgl 1 Maret harga sudah kembali normal hingga Rp. 50.000-Rp.100.000). Kereta dengan jadwal pukul 20.30 wib itu berangkat dari Stasiun Kiara Condong dan tiba pukul 05.00 wib di Stasiun Lempuyangan.
Saran saya sih kalian bawa barang seperlunya, alat-alat penting masukan dalam tas kecil dan dibawa kemana-mana.
8jam perjalanan memang cukup menguras tenaga, terutama badan yang pegal dan mata yang kurang tidur. Tapi jangan khawatir, kalian bisa fresh kembali setelah turun dan terbawa dengan suasana Jogja yang asri itu. Saya disambut dengan hangat oleh keluarga kakak dari ibu saya (Bude) disana.

 Hari pertama. Saya habiskan dengan istirahat yang cukup dan menyiapkan tenaga untuk perjalanan besok. Barang bawaan saya mulai saya keluarkan dan saya rapihkan.

Hari kedua. Saya diajak untuk menikmati tempat wisata di Kulonprogo, Yogyakarta. Diperlukan waktu 2jam perjalanan dari Jogja menuju Kulonprogo.
Waduk Sermo, Kali Biru dan Air terjun Sidoharjo jadi "surga dunia" pertama yang saya kunjungi.
Waduk Sermo
(Dusun Sermo, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kulonprogo, Yogyakarta)

Kali Biru
(Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kulonprogo, Yogyakarta)

nb: biaya masuk Rp. 5.000. Flying fox Rp. 30.000. Dan Foto diatas rumah pohon Rp. 10.000
Air Terjun Sidoharjo
(Dusun Gonolangu, Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta)

 Hari ketiga. Saya kembali harus beristirahat. Tidur, makan dan bercanda dengan saudara adalah obatnya.

 Hari keempat. Embung Nglanggeran dan Pojok Benteng Wetan jadi tempat trip untuk selanjutnya.

Embung Nglanggeran
(Nglanggeran Wetam, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta)

nb: biaya masuk Rp. 5.000. Biaya parkir Rp.2.000.
 Tak jauh dari Embung, masih ada Gunung Api Merbabu dan Bukti Bintang yang kalian harus kunjungi juga.
Pojok Benteng Wetan



Hari kelima. Pantai Ngobaran dan Pantai Nguyahan. Di Pantai Ngobaran kalian bisa menikmati suasana Bali di Jogja.

Pantai Ngobaran

Pantai Ngobaran
Tebing Pantai Ngobaran dan Pantai Nguyahan

Senja Pantai Ngobaran


Pantai Nguyahan
(Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta)